ANALISIS
NASKAH DRAMA “PETANG DI TAMAN”
KARY IWAN SIMATUPANG
LAPORAN
Diajukan untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Apresiasi Drama
yang Diampu oleh Jojo
Nuryanto, M.Hum.
oleh:
Rizal Friady
152121167
Kelas 2 D, KRS 2 A
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
Segala puji bagi
Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Saya
dapat menyelesaikan makalah Apresiasi Drama tentang Analisis Naskah Drama “Petang di Taman”.
Makalah ini
telah Saya usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu Saya
dalam pembuatan makalah ini. Namun, tidak lepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka Saya membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada Saya sehingga Saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Tasikmalaya, Oktober
2016
Penyusun
PENDAHULUAN
Drama
merupakan salah satu karya sastra yang dipenuhi dengan dialog-dialog dan
dipentaskan di atas panggung. Sebagai salah satu karya sastra yang dipentaskan,
maka dalam pementasannya senantiasa mengacu pada naskah drama yang telah
disiapkan. Penulisan naskah drama biasanya diambil melalui kejadian nyata yang
bersumber dari kehidupan manusia maupun kejadian fiktif yakni berdasarkan pada
imajinasi penulis. Naskah drama biasanya ditulis dalam bentuk dialog dan
dipentaskan oleh aktor dengan tujuan menggambarkan kejadian kehidupan melalui
pertikaian dan konflik yang terjadi di atas panggung.
Dalam penulisan naskah drama terdapat
unsur-unsur instrinsik yang membangun naskah drama tersebut. Unsur-unsur
tersebut diantaranya, yakni: tema, tokoh, alur, latar. Unsur tokoh merupakan
salah satu unsur yang berperan penting dalam penulisan naskah drama yang akan
dipentaskan. Karena unsur ini merupakan karakter yang mengambil bagian dan
mengalami peristiwa, baik sebagian maupun secara keseluruhan cerita. Selain
itu, peran unsur tokoh ini dalam karya sastra drama mempunyai sifat dan
kedudukan yang penting. Unsur tokoh dalam naskah drama biasanya terdiri dari
tokoh penting dan tokoh pembantu. Tokoh penting biasa disebut dengan tokoh
mayor, sedangkan tokoh pembantu biasanya disebut dengan tokoh minor.
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat di ambil beberapa rumusan masalah, sebagai berikut.
1. Bagaimana
sinopsis naskah drama “Petang di Taman”?
2. Apa
saja unsur intrinsik dalam naskah drama “Petang
di Taman”?
Penulisan
makalah ini memiliki beberapa tujuan, diataranya:
1. Untuk
mengetahui sinopsis naskah drama “Petang
di Taman”
2. Untuk
mengetahui unsur intrinsik naskah drama “Petang
di Taman”
Metode
penulisan dalam makalah ini yaitu metode deskriptif. Selain itu, penulis
menggunakan metode literature research atau studi putaka. Metode studi
pustaka ini di lakukan dengan cara mencari artikel yang berkenaan dengan materi
yang penulis angkat dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
A.
Sinopsis
Naskah drama Petang di Taman
karya Iwan Simatupang ini menceritakan tentang pertemuan empat orang
manusia dengan latar belakang yang
berbeda-beda di sebuah taman. Mereka tidak saling mengenal, tetapi taman adalah
publik, sehingga semua orang merasa bebas untuk masuk ke dalam suatu obrolan.
Di dalam pertemuan tersebut ada seorang pria yang sedang diam ditaman, ada
seorang kakek yang kehilangan minah, ada seorang pria penjual balon yang
memiliki hobi terhadap balon, dan ada seorang wanita yang memiliki anak tapi
bukan nyonya.
Setiap
karakter memiliki latar belakang yang berbeda, seperti penjual balon yang
balonnya di curi kemudian menangis dan menolak ketika balon tersebut dibeli.
Ketika ditanya bahwa balon itu adalah hobinya untuk mencintai balon. Lalu
seorang wanita yang memilik anak tetapi bukan nyonya, yang meminta balo
tersebut tetapi dipecahkan oleh seorang kakek, kemudian lelaki separuh baya
marah karena sikap kakek tersebut, sehingga terjadilah pertengkaran. Tetapi
pada akhirnya penjual balon, wanita , dan kakek pulang satu persatu.
B.
Pendekatan Struktural Naskah
Drama
Pendekatan
Struktural adalah pendekatan sastra yang
menganalisis struktur atau unsur-unsur pokok, sering juga disebut sebagai unsur
intrinsik. Unsur intrinsik Naskah Drama “Petang di Taman” antara lain :
1. Tema
Tema
yang diangkat oleh Iwan Simatupang dalam drama ini adalah keresahan, karena pada drama ini menceritakan perasaan
yang membuat setiap orang ingin mengutarakan segala perasaan. Percakapan yang
terjadi cukup luas pembahasannya karena semua tokoh memiliki kisah
sendiri-sendiri. Adapun kutipan dialognya adalah sebagai berikut:
Lelaki
“(TERSENYUM) Tak lebih baik sedikitpun dari bapak. Habis,
kita mau berbuat apa lagi ? Seperti kata Penjual balon tadi ; aku mencoba
menjadikan dari kegagalanku suatu barang tontonan indah di taman. Bapak lihat
kembang api itu, di sana, bagus, Bukan ? Dan bapak baca tulisan dipapan yang
dipancangkan oleh kotapraja dihadapannya ? Dilarang memetik bunga. (TERSENYUM).”
Orang
Tua
“Ya, kau pengarang dan mahir benar kau membenam-kan deritamu
dibalik kata-kata yang sewaktu-waktu dapat kau hamburkan. Tapi bagaimana nak
dengan kesunyianmu ? Ikutlah saya kerumah saya yang apak itu. Agar adan teman
saya. Dan agar ada teman anak.”
Lelaki
“Lalu… Isteri bapak…?”
Orang
Tua
“Maafkan saya…isteri saya sudah delapan tahun meninggalkan
saya, tepatnya dua minggu, setelah saya membawa minah dari jalanan…Oh… minah…!
minaaah ! (SADAR DARI KETERHANYUTANNYA, MEMEGANG TANGAN L, SUARANYA MENINGGI)
Ayo, anak ikut saja kerumah saya…”
Lelaki
“Terima kasih pak. Kebersamaan kita seperti yang bapak
gambarkan tadi lebih parah lagi daripada kesendirian kita masing-masing.”
2. Alur
Alur atau kerangka drama Petang di Taman karya
Iwan Simatupang menggunakan alur maju, karena diceritakan
secara runtut dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, unsur-unsur plot
meliputi:
a. Pelukisan Awal Cerita
Pengenalan
situasi pada drama Petang di Taman
terdapat pada kutipan berikut.
Orang Tua
“(MERENUNG) Dan kalau segala-galanya sudah ber-tambah
jelas, maka kitapun sudah saling bengkak-bengkak, karena barusan saja telah
cakar-cakaran. Dan siapa tahu, salah seorang dari kita tewas pula dalam
cakar-cakaran itu. Atau keduanya kita. Dan ini semua, hanya oleh karena kita
telah mencoba meng-ambil sikap yang agak kasar terhadap sesama kita (TIBA-TIBA
MARAH) Bah ! Persetan dengan segala musim! Dengan segala musim !”
b. Komplikasi atau Pertikaian Awal
Kutipan
berikut menunjukkan pada adanya konflik yang terdapat pada drama Petang di Taman karya Iwan Simatupang.
Penj. Balon
“Sungguh kasar….! Sungguh biadab kalian………! (MENUNTUN WANITA
DUDUK DI BANGKU) Sudahlah , bu ! Jangan hiraukan mereka. Sebaiknya ibu
lekas-lekas pergi dari sini, sebelum mereka menghina ibu lebih parah lagi.
Pergilah !”
Orang
Tua
“(KEPADA PB) Aha, pergi dengan kau ? Ahaaai…..
Akhirnya sang puteri bertemu dengan pangerannya di tengah sebuah taman. Dan,
Ahaa ! Si anakpun akhir-nya bertemu dengan sang ayahnya…. (TERBAHAK-BAHAK)”
c. Klimaks atau Titik Puncak Konflik
Puncak
konflik terdapat pada kutipan berikut.
Wanita
“Kurang ajar ! Kau telah lari, ha ! Lari, dan kau tinggalkan
aku sendirian dengan seluruh keadaan kedalam mana kau tempatkan aku dengan
per-buatanmu. Aku sendirian harus menanggung semua-nya. Aku, seorang wanita,
sendirian, hah ! (ME RENGGUT KEDUA TANGAN PB DARI MUKA-NYA DENGAN SANGAT
KUAT) Ayo, Bukaa !“
Penj.
Balon
“Buka saya ! Bukan saya ! Saya Cuma berbuat sekali saja !”
Orang
Tua
“(NYELETUK) Itukan sudah cukup tolol !”
d. Penyelesaian
Penyelesaian drama Petang di Taman karya Iwan Simatupang tergambar pada kutipan dialog berikut.
Wanita
“Baiklah (MELIHAT TERHARU KEPADA KETIGA-NYA) Terima
kasih, kawan-kawan ! Berkat kalian bertiga, aku telah menemukan diriku kembali.
Per- temuan dengan kalian ini tak akan mudah dapat kulupakan. (MENJABAT TANGAN
PB) Maafkanlah aku, aku telah menempatkan diri saudara tadi dalam kedudukan
yang sangat memalukan. (MENJABAT L, KEMUDIAN OT) Harap saudara-saudara
memaafkan aku. Dan semoga kita saling bertemu lagi (PERGI LENYAP DARI PENTAS)”
3. Latar
a. Latar
tempat
Latar tempat drama Petang di Taman karya Iwan Simatupang adalah di taman yang
terdapat pada kutipan berikut.
Orang Tua
“Itulah celakanya dari tiap taman. Setiap orang yang datang
ataulewat taman, menganggap dirinya mer-deka untuk mencampuri setiap
pembicaraan, ya setiap pembicaraan, ya setiap penghidupan, yang ke-betulan
sedang berlaku disitu.”
Lelaki
“Habis, inikan taman ?! Ini adalah tempat terbuka untuk umum.
Disetiap tempat umum, ada pembicara-an umum. Oleh sebab itu, setiap orang boleh
saja terus ikut bicara. Demi pendapat umum ! Kalau bapak mau punya pendapat
tersendiri, yah… jangan datang ke taman !”
b. Latar
waktu
Latar waktu pada drama Petang di Taman karya Iwan Simatupang terjadi pada malam hari yang ditunjukan pada dialog berikut.
Orang
Tua
(TERTAWA RAGU) Tidak, tidak ! Aku tak
mau ber-temu kau lagi. (TERSENYUM) Selamat malam, Nak ! Mudah-mudahan tidurmu
nyenyak dimana sata kau akan tidur malam ini (SAMBIL BATUK-BATUK, PERGI
PELAN-PELAN, LENYAP DARI PENTAS)
Lelaki
(MELIHAT
KE LANGIT) Syukurlah, hujan tak bakal turun. Atau…mudah-mudahan hujan tak bakal
turun malam ini. Tidur di bawah jembatan dengan udara yang kotorannya
bertumpuk di situ, membuat bengekku semakin jadi (IA MELIHAT SEKELILING,
KALAU-KALAU ADA ORANG YANG DATANG. KEMUDIAN DIA MEREBAHKAN DIRINYA DI BANGKU
ITU).
c. Latar Suasana
Latar suasana pada
drama Petang di Taman karya Iwan Simatupang memiliki suasana yang tegang yang
ditunjukan pada dialog berikut.
Wanita
“Kurang ajar ! Kau telah lari, ha ! Lari, dan kau tinggalkan
aku sendirian dengan seluruh keadaan kedalam mana kau tempatkan aku dengan
per-buatanmu. Aku sendirian harus menanggung semua-nya. Aku, seorang wanita,
sendirian, hah ! (ME RENGGUT KEDUA TANGAN PB DARI MUKA-NYA DENGAN SANGAT
KUAT) Ayo, Bukaa !”
Penj.
Balon
“Buka saya ! Bukan saya ! Saya Cuma berbuat sekali saja !”
4. Tokoh/penokohan
a. Orang Tua (OT)
Orang Tua ini merupakan tokoh antagonis dalam drama ini, di mana menjadi fokus
dari tokoh-tokoh lainnya dan setiap kali muncul dalam pembicaraan. Orang Tua memiliki sikap yang
berwibawa, menghormati orang lain dan mengalah.
Adapun kutipan dialognya adalah sebagai berikut.
Orang
Tua
“Salah seorang dari kita mesti benar”
Lelaki
“Kalau begitu, baiklah saya kalah. Ini musim hujan.”
Orang
Tua
“Tidak, tidak ! Yang lebih tua mesti tahu diri, dan
mengalah. Ini musim kemarau.”
Lelaki
“(SANGAT MARAH) Mengapa bapak ketawa ?!”
Orang Tua
“(DALAM TAWA) Karena… saya mau ketawa…. (TER-BAHAK-BAHAK)”
b. Lelaki Separuh Baya (LSB)
Lelaki separuh baya
ini merupakan tokoh antagonis dalam
drama ini, di mana menjadi fokus dari tokoh-tokoh lainnya dan setiap kali muncul
dalam pembicaraan. Lelaki separuh baya adalah
orang yang pemarah. Adapun
kutipan dialognya adalah sebagai berikut.
Lelaki
“Pakai silahkan segala ! Ini kan taman ? (TIBA-TIBA
MARAH) Dia duduk, kalau dia mau duduk. Dan tidak duduk kalau dia memang
tidak mau duduk. Habis perkara ! Bah! (MELIHAT DENGAN GERAM KEPA-DA PB)”
c. Penjual Balon (PB)
Penjual
balon merupakan tokoh tritagonis, ia mempunyai sikap yang kekanak-kanakan dan
gampang menangis. Adapun kutipan dialognya adalah sebagai berikut.
Lelaki
“(KEPADA PB) Mengapa… Hei….. mengapa kau menangis ?”
Penj. Balon
“(TAK MENYAHUT TERUS DUDUK DI TANAH, MENANGIS)”
Penj. Balon
“Saya lebih suka balon.”
Lelaki
“(TAK MENGERTI) Tapi kau kan penjual balon ?”
Penj.
Balon
“Itu hanya alasan saya saja untuk dapat memegang-megang balo.
Saya pencinta balon.”
d. Wanita (W)
Wanita merupakan tokoh tritagonis, ia adalah
orang yang gampang menangis dan tidak berpikir sebelum bertindak . Adapun
kutipan dialognya adalah sebagai berikut.
Lelaki
“Lepas ! Lepaskan saya ! Biar saya hajar dia dulu !”
Wanita
“Jangan ! Jangan ! (MENANGIS)”
Wanita
“(MAJU DEKAT SEKALI MALIHAT KEWAJAH PB) Bangsat !
Laki-laki jahanam ! Kurangaj…(TIBA-TIBA MEMEKIK) Bukan ! Bukan ! Ya
Tuhan, bukan dia…”
L dan OT
“(SEREMPAK) Bukan dia !”
Wanita
“Bukan… (PINGSAN, TAPI CEPAT DIPEGANG OT)”
e. Pemuda (Pa)
Pemuda adalah tokoh tritagonis, ia
adalah orang yang tidak memiliki pikiran panjang karena melakukan hal yang
menjijikan di tempat umum. Adapun kutipan dialognya adalah sebagai
berikut.
Lelaki
“Ayo, pergilah kesana, jangan sia-siakan kesempatan, selagi
kalian masih muda. (GELAK) Saya benar-benar tak akan melihat. Lagi pula saya
amat letih, amat mengantuk….”
“GADIS DAN PEMUDA, SETELAH RAGU-RAGU SEBENTAR, PERGI KE ARAH
YANG TELAH DITUNJUKKAN OLEH L”
Lelaki
“(TERTAWA MENGERTI, SEJENAK IA
MENGIKUTI DENGAN MATANYA, KEMUDIAN IA REBAHKAN KEMBALI TUBUHNYA DI BANGKU ITU)
Lagi pula, saya amat mengantuk… amat letih…. letih……………”
f. Gadis
Gadis adalah tokoh tritagonis, ia
adalah orang yang genit dan tidak memiliki pikiran panjang karena melakukan hal
yang menjijikan di tempat umum. Adapun kutipan dialognya adalah sebagai
berikut.
“SUARA-SUARA BINATANG MALAM MULAI KEDENGARAN. ANGIN
MENGHEMBUS DEDAUNAN DITAMAN, GEMERISIK. DI KEJAUHAN TERDENGAR SUAR MOBIL LEWAT,
ANJING ME-NYALAK KEMUDIAN SUARA KERETA API YANG LEWAT SANGAT JAUH, JAUH SEKALI.
TEK BERAPA LAMA KEMUDIAN, KEDENGARAN SUARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA
TERTAWA GENIT, SEMAKIN MENDEKAT. MMASUKLAH KE-PENTAS SEPASANG MUDA MUDI BERPEGANGAN
TANGAN ERAT SEKALI.”
Lelaki
“Ayo, pergilah kesana, jangan
sia-siakan kesempatan, selagi kalian masih muda. (GELAK) Saya benar-benar tak
akan melihat. Lagi pula saya amat letih, amat mengantuk….”
“GADIS DAN PEMUDA, SETELAH RAGU-RAGU SEBENTAR, PERGI KE ARAH
YANG TELAH DITUNJUKKAN OLEH L”
Lelaki
“(TERTAWA MENGERTI, SEJENAK IA MENGIKUTI DENGAN MATANYA,
KEMUDIAN IA REBAHKAN KEMBALI TUBUHNYA DI BANGKU ITU) Lagi pula, saya amat
mengantuk… amat letih…. letih……………”
5. Gaya
Bahasa
Iwan Simatupang menggunakan (gaya bahasa) pada
drama “Petang di Taman” yaitu
gaya bahasa sehari-hari. Dan terdapat gaya bahasa, yaitu hiperbola.
Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu hal atau keadaan secara
berlebihan. Seperti pada kutipan berikut
“Ya, kau pengarang dan mahir benar kau membenam-kan deritamu
dibalik kata-kata yang sewaktu-waktu dapat kau hamburkan. Tapi bagaimana nak
dengan kesunyianmu ? Ikutlah saya kerumah saya yang apak itu. Agar adan teman
saya. Dan agar ada teman anak.”
6. Amanat
Setiap
orang berhak mengutarakan isi hatinya, berbagi ilmu, kisah atau masa lalunya
dengan bebas karena manusia itu makhluk sosial. tentu tidak bisa terlepas dari makhluk
hidup yang lain. Karena kita membutuhkan satu sama lain. Kita harus bersikap
sama antara makhluk yang satu dengan yang lain.
C. Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Naskah Drama
1.
Nilai Sosial
Nilai
sosial dalam naskah drama Petang ditaman memiliki nilai sosial yaitu saling
tolong menolong dan mengormati orang lain. Adapun kutipan dialognya adalah
sebagai berikut.
Lelaki
“Menolong bagaimana ?”
Orang
Tua
“(SANGAT KESAL) Ya, menolong dengan melakukan apa yang
lazimnya dilakukan pada setiap orang yang pingsan seperti dia ini.”
Lelaki
“Saya merasa agak segan.”
Orang
Tua
“Segan ?Kenapa ?”
Lelaki
“Dia, eh…. perempuan….”
2.
Nilai Moral
Nilai
moral yang terdapat pada naskah Petang di Taman dapat dilihat pada sikap tokoh
Orang Tua yang menghargai orang lain. Dalam naskah drama Petang ditaman
memiliki nilai moral yang selalu menghargai orang lain. Adapun kutipan
dialognya adalah sebagai berikut.
Orang Tua
“Tidak, tidak ! Yang lebih tua mesti tahu diri, dan
mengalah. Ini musim kemarau.”
Orang
Tua
“Kita sama-sama kalah.”
Lelaki
“Maksudmu, bukan musim hujan, dan bukan pula musim kemarau ?”
Orang
Tua
“Habis mau apa lagi ?”
Lelaki
“Beginilah, kalau kita terlalu gila hormat.”
BAB
III
PENUTUP
Unsur
intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang
mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, tokoh dan penokohan,
alur dan pengaluran, latar dan pusat pengisahan.
Berdasarkan
pembahasan yang telah di paparkan, kami berharap serta menyarankan pembaca
untuk memahami secara mendalam dalam kegiatan menganalisis, khususnya dalam
menganalisis sebuah karya. Tambahlah wawasan pembaca dengan mencari referensi
yang lebih aktual dan terpercaya, yang mampu mempertajam pengetahuan pembaca.