Friday 6 January 2017

Ringkasan Novel "Sengsara Membawa Nikmat"

RINGKASAN NOVEL

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT
“SUTAN SATI”

      Kacak yang iri kepada Midun karena Midun adalah orang yang disukai oleh masyarakat minangkabau, budi pekertinya yang baik dan sopan santun kepada siapapun, oleh karena itu midun sangat dikenal oleh masyarakat. Sedangkan, Kacak adalah orang yang sangat angkuh dan sombong, karena kacak merasa bahwa dia adalah keponakan dari kepala desa dan karena kekayaannya.
      Midun adalah anak dari keluarga biasa, ilmu silatnya sangat hebat, karena gurunya adalah Haji Abbas dan Pendekar Sultan, tetapi Midun tidak menyombongkan dirinya yang berilmu silat sangat hebat.
      Kacak sungguh tidak menyukai Midun, hal ini dapat dilihat dari pandangannya terhadap Madun, Kacak tidak senang jika orang-orang di kampung menyukai dan memuji Midun, dalam permainan sepak raga Kacak sangat malu dan marah karena ia terjatuh, dan Kacak merasa Midun sangat senang karena ia jatuh. Kacak memukul Midun, tetapi Midun selalu dapat menghindari pukulan darinya, sehingga kacak tersungkur jatuh. Perkelahian itu diketahui oleh semua masyarakat karena menyebar dari setiap orang ke orang yang lainnya.
      Pada musim menyabit, sawah Midun sangat ramai dibandingkan dengan sawahnya Kacak, Kacak semakin benci, sehingga menimbulkan niat jahat. Kebetulan pada saat itu Midun memukul keningnya Pak Inuh dan mengikatnya dengan tali, Pak Inuh adalah orang gila yang mengacau di pasar, jika tidak ada Midun tentu banyak orang yang mati terbunuh oleh Pak Inuh yang membawa pisau dilengannya. Hal ini dijadikan ajang balas dendam yang menyebabkan Midun dihukum oleh kepala desa karena memukul kening saudaranya kepala desa dan sekaligus saudara Kacak.
      Pada suatu hari, istri Kacak tenggelam disungai tetapi dapat diselamatkan oleh Midun, penyelamatan itu diketahui oleh Kacak, ia menganggap Midun telah melakukan hal yang tidak baik dan berani memegang istrinya. Kacak menantang Midun berkelahi dengan kata “binatang”, Midun terbawa emosi sehingga midun meladeni Kacak yang menantangnya, Kacak kalah dalam perkelahian itu. Midun dihukum kembali karena perkelahian tersebut.
      Kacak masih belum puas terhadap midun yang hanya dihukum saja, Kacak ingin sekali membunuh Midun, Kacak menyuruh Lenggang untuk membunuh Midun, dengan memberikan upah kepada Lenggang tersebut.
      Midun dan Maun pergi kebukit tinggi untuk melihat pasar malam dan pacuan kuda, mereka saling berjaga antara satu sama lain, mereka beristirahat di lepau nasi untuk istirahat dan makan, sorenya mereka berdua masuk kedalam pasar malam, pulang dari pasar malam mereka berdua kembali ke lepau nasi sekaligus minta ijin untuk bermalam di sana selama ada keramaian, tentunya Midun dan Maun diijinkan bermalam karena keliatannya mereka adalah orang baik-baik.
      Pagi-pagi Midun dan Maun bangun, mereka bersiap-siap untuk melihat pacuan kuda yang lumayan jauh dari tempatnya mereka beristirahat, kerena bendi dibukit tinggi sangat mahal, Madun dan Miun terpaksa harus jalan kaki ke bukit tinggi, tentunya mereka berdua saling berjaga-jaga karena mempunyai pirasat buruk. Merekapun sudah sampai di pacuan kuda dan melihat kuda berlari. Sesudah melihat balapan kuda Midun dan Maun pun pergi mencari lepau nasi untuk beristirahat dan makan, Maun yang saat itu berada di belakang Midun melindungi Midun yang akan diserang oleh seorang lenggang, Maun berkelahi dengan Lenggang tersebut, Maun disuruh mundur sehingga Midun yang melawan Lenggang tersebut, orang-orang yang disana semuanya menyerang Midun karena Lenggang itu menyebutnya “pencuri”. Serdadu datang mengamankan perkelahian tersebut, dan hasilnya menjadi aman.
      Midun ditangkap karena bajunya berlumuran darah, begitu pula dengan Maun yang berdiri di atas orang yang terhampar, orang yang terhampas tersebut adalah lenggang yang terkena pisaunya sendiri. Midun dan miun dibawa ke penjara, maun disuruh pulang karena ia tidak bersalah, Maun pulang dengan Pendekar Sutan yang sejak itu datang ke penjara.
      Setelah dua bulan maun dipanggil untuk menjadi saksi, Maun pun pergi bersama Pak Midun, Haji Abbas, dan Pendekar Sutan. Hasilnya ternyata Midun dinyatakan bersalah dan ia dibawa ke penjara padang. Mendengar bahwa Midun di penjara, Kacak sangat bergembira karena orang yang dianggap musuhnya itu mendekam dipenjara.
      Di penjara midun berkelahi dengan Ganjil yang ditakuti oleh orang-orang yang berada di dalam penjara, tetapi Midun dapat mengalahkannya sampai Ganjil terjatuh. Tahanan yang lainnya menjadi segan terhadap midun karena ia dapat mengalahkan seorang Ganjil. Midun disiksa dan disuruh-suruh oleh penjaga setiap harinya, disuruhnya itu tidak memakai etika. Pada saat itu Midun dibantu oleh Turigi yang semua orang di dalam penjara maupun penjaga segan kepada Turigi, turigi membantu Midun dan memberikan masukan agar ia selalu tetap berjaga-jaga di penjara, Turigi pun saling memberi pengalaman hidupnya.
      Pada suatu hari, Midun ditugaskan menyapu jalan, ketika Midun menyapu dibawah pohon kenari, ia menemukan sebuah kalung berlian. Midun yakin bahwa kalung berlian itu milik wanita cantik yang duduk di bawah pohon kenari itu, Midun segera berjalan ke gedung tempat gadis itu tinggal, setelah masuk Midun mengembalikan kalung berlian itu kepada Halimah, mereka berduapun akhirnya saling kenal. Perkenalannya terus berlanjut, pada suatu hari Halimah memberi surat kepada midun yang berisi meminta tolong kepada Midun atas masalah yang dihadapi Halimah pada saat itu. Karena halimah tau bahwa midun sebentar lagi bebas dari penjara.
      Midun akhirnya bebas dari penjara, ia langsung pergi ke Ganting  untuk menemui Pak Karto, ia tinggal dirumah itu sebagai tukang cuci. Midun memikirkan surat yang diberikan Halimah, ia menceritakan masalah Halimah kepada Pak Karto, akhirnya Pak Karto mendukung Midun untuk membantu wanita yang sedang kesusahan itu. Pada saat itu Midun pergi kerumah Halimah, Halimah meminta pertolongan kepada Midun agar membawanya kabur, Midun segera membawa Halimah kerumah Pak Karto terlebih dahulu supaya aman.
      Midun berniat membawa Halimah ke tempat ayahnya tinggal di bogor, Midun dan Halimah pergi ke bogor dengan menggunakan kapal laut, di sebuah kapal mereka berduapun saling menceritakan masa lalunya. Midun akhirnya berhasil membawa Halimah ke bogor, Midun tinggal dirumah ayahnya halimah dua bulan karena ia disuruh tinggal disana.
      Midun meminta ijin kepada Halimah dan ayahnya untuk pergi ke Jakarta mencari pekerjaan, Halimah sangat sedih karena seseorang yang dicintainya pergi meninggalkannya, begitu pula dengan Midun yang lebih sedih. Di perjalanan Midun berkenalan dengan orang arab yang bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut. Mereka pun berkenalan dan menganggap saudara, lama kelamaan Midun meminta pinjaman uang untuk modalnya berdagang, dengan modal tersebut akhirnya pada saat itu lama-kelamaan terus mengalami kemajuan. Pada saat itu Midun sudah memiliki uang yang cukup, dan hendak membayar hutangnya kepada Syekh Abdullah Al-Hadramut. Ketika Midun mengembalikan uang pinjamannya itu, ia tidak menerima uang itu karena uang yang harus dibayar dua kali lipat dari pinjamannya itu, Midun sadar dan membenci orang arab itu karena orang arab itu adalah renternir, Midun tidak mau membayar hutangnya kepada orang arab itu. Orang arab itu meminta Midun harus memilih,  memilih membayar hutangnya atau memberikan Halimah kepada orang arab itu, dan akhirnya keluarga Halimah membayar utang tersebut.
      Di Minangkabau, ayahnya Midun meninggal dunia, harta Pak Midun diambil oleh saudara-saudara dari keluarga Pak Midun, dan Maun dinikahkan dengan Juriah karena permintaan Pak Midun sebelum meninggal.
      Midun pada saat itu pergi ke pasar, tiba-tiba ia melihat orang yang mengamuk yang akan membunuh Sinyo, Midun langsung membantu Sinyo dan berkelahi dengan orang yang mengamuk itu, dan akhirnya Midun berhasil menyelamatkan Sinyo, Sinyo kemudian membawa Midun kepada orang tuanya yaitu Hoofdcommissaris. Sebagai tanda terima kasih karena Midun telah menolong anaknya Sinyo, komisaris itu member pekerjaan kepada Midun. Midun pada saat itu menikahi Halimah. Pekerjaan Midun sangan berprestasi, ia diangkat menjadi mentri polisi tanjung priok.
      Pada suatu hari, Midun ditugasi ke medan untuk menyelidiki kejahatan, di hotel Midun bertemu dengan adiknya Manjau, adiknya menceritakan tentang keadaan keluarganya dikampung, Midun sangat sedih dan membawa Manjau kerumahnya. Sesudah dirumah Midun meminta permohonan kepada Hoofdcommissaris  ke kantornya untuk pindah pekerjaan di kampungnya sendiri. Permohonan itu dikabulkan, akhirnya di Midun diangkat menjadi Asisten demang dikampungnya sendiri.

      Midun, Halimah, dan anaknya pergi ke kampungnya Midun, setelah sampai drumahnya Midun dan Halimah bertemu dengan ibu Juriah, sekeluarga itu sangat bahagia karena Midun kembali ke rumah. Dibalik kebahagiaan Midun, Kacak dipenjara karena korupsi di kampungnya.



No comments:

Post a Comment