TATARAN
LINGUISTIK (4): SEMANTIK
Dalam postingan ini, “Tataran
Linguistik (4): Semantik” akan disajikan dalam sebuah soal, seperti pada
postingan sebelumnya, dimana soal-soal tersebut sangat berkaitan dengan materi
“Tataran Linguistik (4): Semantik” yang terdapat dalam buku linguistik umum
yang dipaparkan oleh Abdul Chaer.
MENGUASAI
MATERI DENGAN SOAL:
1. Apa yang dimaksud dengan makna?
Jawab:
Menurut
teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure bahwa makna adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah
tanda-linguistik.
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis makna!
Jawab:
a. Makna
Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual
Makna
leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks
apa pun.
Berbeda
dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi gramatikal,
seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
Makna
kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks.
b. Makna
Referensial dan Non-referensial
Sebuah
kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya, atau
acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang
bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata
yang seperti dan, atau, dank arena adalah termasuk kata-kata itu tidak
mempunyai referens.
c. Makna
Denotatif dan Makna Konotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki
oleh sebuah leksem. Sedangkan, makna konotatif adalah makna lain yang
ditambahkan pada makna denotatif tadi tadi yang berhubungan dengan nilai rasa
dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut
d. Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun. Sedangkan, makna asosiatif adalah makna yang dimiliki
sebuah leksem atau berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu
yang berada di luar bahasa.
e. Makna
Kata dan Makna Istilah
Sering
dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Hanya
perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu.
f. Makna
Idiom dan Peribahasa
Idiom
adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsure-unsurnya,
baik secara leksikal maupun gramatikal.
Berbeda
dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan secara leksikal maupun
gramatikal, maka yang disebut peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri
atau dilacak dari makna unsure-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna
asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
3. Apa yang dimaksud dengan relasi makna?
Jawab:
Relasi
makna adalah hubungan semantic yang terdapat antara satuan bahasa yang satu
dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa disini dapat berupa kata,
frase, maupun kalimat; dan relasi semantic itu dapat menyatakan kesamaan makna,
pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan
makna.
4. Apa yang dimaksud sinonim, antonim,
polisemi, dan homonimi
Jawab:
Sinonim
atau sinonimi adalah hubungan semantic yang menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, kata betul
dengan kata benar.
Antonim
atau antonimi adalah hubungan semantic antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu
dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik.
Polisemi
adalah sebuah kata atau satuan ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai
makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala; bisa kepala yang ada dalam tubuh
manusia atau kepala yang maksudnya ketua atau pemimpin.
Homonimi
adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama; maknanya
tentu saja berbeda; karena masing-masing nerupakan kata atau bentuk ujaran tang
berlainan. Misalnya, antara kata pasar yang bermakna inai dan kata pacar yang
bermakna keksasih.
5. Apa yang dimaksud dengan hiponimi, ambiguity,
dan redudansi?
Jawab:
Hiponimi
adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknyanya tercakup
dalam makna bentuk ujaran yang lain. Misalnya, kata merpati dan burung. Merpati
adalah burung, dan burung itu banyak jenisnya.
Ambiguiti
atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran
gramatikal yang berbeda. Misalnya, bentuk buku sejarah baru, dapat ditafsirkan
buku sejarah itu baru terbit atau buku sejarah itu memuat zaman baru.
Redundansi
adalah adalah berlebih-lebihnya penggunaan unsure segmental dalam suatu bentuk
ujaran. Misalnya, bola itu ditendang dika tidak ada bedanya dengan bela itu
ditendang oleh dika.
No comments:
Post a Comment